Pandemic Fatigue: Cara mengalahkan kelelahan pandemi
Sudah lebih dari 1 tahun sejak virus corona resmi dikonfirmasi di Indonesia pada maret 2020. Perjalanan selama 1 tahun melawan virus corona tentu bukanlah perjalanan singkat, ditambah dengan fakta ketidakpastian kapan pandemi ini akan berakhir. Pandemi yang berkepanjangan tidak hanya berdampak pada penurunan kondisi ekonomi masyarakat tapi juga pada kondisi mental masyarakat. Dimana kita bisa merasakan semakin banyak warga yang tidak mengikuti protokol kesehatan.
Masih sangat jelas dalam ingatan kita diawal tahun kemarin banyak orang yang memborong sabun, hand sanitizer, masker untuk persiapan selama pandemi, atau mungkin anda juga salah satu yang melakukan hal tersebut. Sekarang banyak masyarakat yang memutuskan untuk tidak pergi keluar dan pergi hanya untuk membeli kebutuhan pokok.
Apakah anda menyadari sedikit demi sedikit kita mulai meninggalkan protokol kesehatan. Tidak hanya itu, banyak yang mulai merasa bahwa corona sudah mulai menghilang dari kehidupan kita. Tentunya kita bisa menyadari, banyak orang yang mulai tidak menggunakan masker, tidak menjaga jarak, dan tidak menjaga kebersihan. Hal ini tentunya dapat berkontribusi dalam peningkatan angka kenaikan kasus positif. Penurunan kepatuhan ini bisa disebabkan oleh kelelahan pandemi atau Pandemic Fatigue.
Pandemic Fatigue itu apa?
Menurut WHO, pandemic fatigue adalah reaksi normal yang tengah dirasakan beberapa negara. Pandemic fatigue/kelelahan emosi sendiri adalah kondisi berkurangnya motivasi seseorang dalam mengikuti protokol kesehatan, dengan berjalannya waktu kelelahan ini menyerang kondisi mental dan fisik.
Pandemic fatigue is understood in this document as demotivation to follow recommended protective behaviours, emerging gradually over time and affected by a number of emotions, experiences and perceptions(7).
Berkurangnya keinginan seseorang dalam mengikuti protokol kesehatan berbanding lurus dengan semakin panjang pandemi ini berlangsung. Karena, semakin panjang pandemi ini berlangsung maka kita merasa semakin familiar dengan virus tersebut dan mulai menganggap remeh penyakit.
Indonesia memang belum menunjukan tanda pasti, tetapi kewaspadaan terhadap kondisi ini sangat diperlukan. Kepatuhan adalah kunci penurunan kasus corona di Indonesia. Bila dilihat dari beberapa data satgas penanganan Covid-19, tingkat kepatuhan memakai masker 90-100% hanya 121 (33.70%) kabupaten/kota. Sedangkan kepatuhan menjaga jarak dan menghindari kerumunan 90-100% hanya mencapai 119 (33.15%) kabupaten/kota. Data CSIS menunjukan hasil yang cukup mengejutkan dimana dapat kita simpulkan bahwa salah satu alasan penurunan kepatuhan protokol kesehatan ini terjadi karena masyarakat sudah mulai jenuh dengan situasi Covid-19 dilanjutkan dengan rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap bahaya Covid-19.
Pandemic Fatigue: Cara mengalahkan kelelahan pandemi?
Kelelahan yang muncul karena pandemi berkepanjangan merupakan kondisi normal, dimana angka covid di Indonesia yang belakangan menunjukan angka lebih tinggi dengan angka kematian karena covid masih terhitung tinggi. Di sisi lain, masyarakat menunjukan kejenuhan dalam mengikuti protokol kesehatan mulai meningkat.
Lalu bagaimana cara mengatasi rasa lelah melewati pandemi ini?
1. Bijak dalam menerima berita terkait Covid-19
Ditengah kemajuan teknologi seperti sekarang, membagikan berita bukanlah hal yang sulit. Tidak hanya itu, mendapatkan dan mencari berita menajdi sangat mudah. Karenanya, kita harus pintar dalam memilah informasi yang kita dapatkan dan tidak langsung percaya pada apa yang kita terima. Mengurangi paparan informasi bisa menjadi salah satu cara mengurangi rasa khawatir dan cemas.
Mendapatkan informasi yang cukup adalah hal yang sangat baik ,tapi terus mendengarkan berita buruk bisa mendorong kita dalam lingkaran stress yang tidak akan berakhir.
2. Utamakan komunikasi dengan orang terdekat
Demi mengupayakan peningkatan kesehatan masyarakat ditengah pandemi, pemerintah membuat beberapa aturan yang membatasi perjalanan serta pembatasan ruang gerak. Perlu diingat! walau ruang gerak semakin sempit tapi kita harus tetap menjaga hubungan komunikasi dengan orang-orang yang kita kasihi. Menjaga hubungan baik melalui telepon atau video call tidak hanya memastikan hubungan sosial tidak terputus tapi menjadi sarana melepas stress dan rindu dengan membagikan cerita kepada orang terkasih.
3. Rencanakan masa depan
Tentunya kita menyadari banyak perubahan yang terjadi karena pandemi: Penambahan aturan, pemutusan hubungan kerja yang semakin marak, hingga penutupan lokasi wisata. Hal tersebut tentu memberi pengaruh banyak pada orang sekitar atau pengaruh langsung dalam hidup kita.
Kondisi ini mendorong kita untuk harus semakin pintar mengatur keuangan dan mulai merencanakan langkah extra ditengah pandemi. Lakukan pengendalian dalam Pemasukan, Pengeluaran dan Target Tabungan. Bila anda bukan tipe yang dapat mengatur keuangan dengan rapih, gunakan aplikasi pengatur keuangan seperti Expense Manager, Level Money, Good budget dan aplikasi lainnya.
Investasi tidak melulu dalam bentuk menyimpan uang, salah satu bentuk investasi adalah dengan menginvestasikan kesehatan anda. Taukah anda, ada banyak jenis asuransi yang dapat anda pilih dan salah satu jenis asuransi yang dapat menjamin uang kembali serta memberikan jaminan adalah Bucket List Plan.
KONTAK
Untuk detail produk dapat menghubungi care setiap hari kerja pukul 08.30 hingga 17.30 +62811 1390 6463 atau mengunjungi website https://bucketlistplan.co.id/
Produk ini dikelola oleh PT. Hanwha Life Insurance Indonesia
Ditulis oleh: Annie Vilenia